الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ
لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى
يَوْمِ الدِّيْن
اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي
بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Kaum Muslimin/at Yang
Berbahagia.
Mari kita bersyukur kepada
Allah Swt dan bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Pagi hari ini, tepatnya 10
Dzulhijjah 1436 H, disaat saudara-saudara kita sedang melaksanakan ibadah haji
yang diawali dengan rangkaian pelaksanaan wukup Arafah, bermalam di Muzdalifah,
menuju Mina untuk melempar tiga jumroh, tahallul awal serta kembali ke Mekah,
tawaf, sai dan tahallul akhir, semua itu dilakukan dalam upaya menapak tilaskan
kisah perjalanan Nabi Ibrahim dengan putranya Ismail serta istrinya Siti Hajar
untuk mentauhidkan Allah Swt, semoga mereka sedang berhaji mendapatkan haji
yang mabrur. Amiin.
Sementara itu, bagi kita
yang berada di tanah air, disunahkan untuk melaksanakan ibadah puasa Arafah
pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan saat ini dianjurkan untuk melaksanakan shalat
idul adha serta menyembelih hewan qurban hingga hari-hari tasryik, sebagai
wujud pribadi yang beriman dan bertaqwa sekaligus tanda syukur dan taabbudi
kita kepada Allah Swt.
Allah Swt berfirman: (QS.
al-Kautsar [108]:1-3)
Artinya:
1. Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
3. Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Kaum Muslimin/at Yang Dirahmati Allah Swt.
Sama kita ketahui, tahun ini kembali terjadi perbedaan dalam penetapan
awal bulan Dzulhijjah 1436 H, yang berdampak adanya pelaksanaan shalat idul
adha yang berbeda pula, hal ini merupakan hal yang biasa terjadi ditanah air
kita yang berbhineka tunggal ika dengan makna berbeda-beda tapi tetap bersatu.
Saudara-saudaraku…
Salah satu faktor
penyebab terjadinya perbedaan itu dikarenakan paradigma dan perspektif ilmu
pengetahuan dan kajian pemikiran yang dimiliki oleh kalangan ulama Islam, dan
hal ini sudah ada sejak sepeninggal Rasululllah Muhammad Saw, dimana para
sahabat, tabi’ dan tabiin ketika itu berbeda pendapat dalam hal berfatwa masalah
hukum demi kemaslahatan umat. Oleh karena itu memaknai dan menyikapi perbedaan haruslah
dengan iman, taqwa dan ilmu pengetahuan yang bermuara kepada alqur’an dan hadis.
Allah Swt
berfirman:(QS. Al-Imran[3]:103)
Artinya:
Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.
Berdasarkan ayat di atas, sesungguhnya perbedaan itu adalah hal yang
wajar terjadi dikalangan umat, namun fenomena perbedaan diharapkan tidak
mengarah kepada perpecahan dan perselisihan. Kendatipun saat ini umat Islam itu
telah terpecah menjadi bermacam-macam golongan/kelompok dan masing-masing
golongan saling merasa benar sendiri tanpa meninjau dari hujjah sebenarnya
(al-Quran dan al-Hadits), lalu hanya karena perbedaan sedikit misalnya masalah
fikih, umat Islam satu dengan yang lain saling menghujat, saling membenci,
bahkan ada yang sampai berbuat anarkis kepada muslim lainnya. Maka sebagai
muslim yang benar, sebaiknya mengembalikan semua perkara yang diperselisihkan
kepada Allah Swt dan Rasul-Nya (merujuk kepada al-Quran dan al-Hadis).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Kaum Muslimin/at Yang Dirahmati Allah Swt.
Seharusnya memaknai dan menyikapi perbedaan dengan hikmah dan bijaksana berdasarkan
al-quran dan al-hadits agar mendatangkan kedamaian, ketenangan dan kesepakatan
serta rahmat sebagaimana ungkapan ulama : “Perbedaan
pendapat dikalangan ulama itu adalah rahmat”. Di antara makna dan sikap
positif dari perbedaan yang harus kita miliki adalah:
1.
Perbedaan yang terjadi dimuka bumi ini
adalah sesuai dengan kehendak Allah Swt.
Artinya:
Jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
Senantiasa berselisih pendapat, (QS. Hud [11]: 118)
2.
Perbedaan tersebut adalah menjadi pertanggung
jawaban antara manusia dan Allah di
akhirat nanti.
Artinya:
Dan jika mereka
membantah kamu, Maka Katakanlah: "Allah lebih mengetahui tentang apa yang
kamu kerjakan". Allah
akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu
selalu berselisih padanya. ”.(QS. Al Hajj [22]: 68-69)
3.
Allah telah memerintahkan untuk berbuat adil
dan berakhlak mulia.
Artinya:
Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al
Ma’idah [5]: 8)
4.
Menerima perbedaan dengan penuh keiklasan, artinya
jika perbedaan itu terjadi tetapi kita memahami dengan memiliki ketulusan hati
dengan menyakini bahwa perbedaan itu memang akan terjadi disebabkan fitrah
manusia yang terlahirpun berbeda-beda baik pola pikir, sikap dan perbuatan.
5.
Harus memiliki sikap positif thinking (Khusnuzzhon), karena kita menyakini bahwa setiap
pemikiran yang berbeda tersebut dilandasi dengan ilmu yang semata-mata
bersumber dari al-Quran dan hadits.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Kaum Muslimin/at Yang Dirahmati Allah Swt.
Agama Islam mengakui adanya perbedaan, keberagaman dengan konsep toleransi, baik toleransi antar
umat beragama, maupun antar umat berbeda agama, apalagi terhadap kebebasan
beragama, namun tetap dalam koridor batasan toleransi yang diperbolehkan dalam
ajaran Islam. Ini jelas tidak seperti apa yang diyakini oleh musuh Islam dalam
mengklaim dan menuduh Islam agama yang intoleransi.
Konsep toleransi dalam Islam yang dimaksud disini
adalah dengan
menghormati dan menghargai agama lain atau pemahaman sesama
agama (agama Islam) yang berbeda adalah tak lain bertujuan agar tercipta
kurukunan antar umat muslim. Sehingga kita dapat meminimalisir berbagai konflik
dan ketegangan yang ada pada internal kita beragama.
Untuk itu menjadi penganut agama Islam
dinegara yang homogen dan heterogen di Indonesia berarti kita harus menerima dan
mensyukuri semua kelebihan dan kekurangan yang ada setiap muslim. Mari
sama-sama bangkit berpangku tangan dan bersatu padu untuk menambal sedikit demi
sedikit kekurangan yang ada. Kelemahan satu sama lain di
antara kita adalah
kurangnya rasa menghargai sebuah perbedaan yang akhirnya menimbulkan perpecahan
dikalangan umat Islam itu sendiri. Jadi salah satu sikap positif yang harus
dikembangkan adalah menghormati dan menghargai perbedaan untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan umat Islam.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Kaum Muslimin/at Yang Dirahmati Allah Swt.
Persatuan dan kesatuan
merupakan modal
kesuksesan bangsa dan cita-cita
semua kita umat Islam. Upaya untuk mewujudkannya melalui kesadaran bersama
semua elemen masyarakat bahwa petapa pentingnya persatuan dan kesatuan umat
agar dapat terwujud Negara yang baltathun
tayyibatul warabbul ghofuur.
Untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan tersebut langkah awalnya kita harus saling menghargai
terhadap perbedaan di antara kita. Jika sikap ini yang kita tumbuh kembangkan,
maka persatuan bangsa akan tercipta, rakyat akan sejahtera.
Di samping itu juga
untuk membina persatuan dan kesatuan di negeri tercinta ini, langkah awalnya
adalah harus saling mengenal, saling menghargai, dan bertoleransi di antara
kita. Bukan saling menutup diri, melecehkan, menghina, membangga-banggakan
kelompok, suku bangsa, maupun daerah masing-masing. Sebab sifat-sifat seperti
itu merupakan cikal bakal pecahan, pertikaian, dan tidak mustahil penyebab
terjadinya disintegrasi bangsa hingga hancurnya negeri ini. Rasulullah Saw
bersabda :
ليس منا من دعا على عصبيته وليس منا من
مات على عصبيته
Artinya:
Bukan golongan kita, orang yang membangga-banggakan kesukuan
dan bukan golongan kita orang yang mati karena membela, mempertahankan dan
memperjuangkan kesukuan.
Saudara-saudaraku….
Selain itu mewujudkan persatuan masyarakat yang majemuk
seperti di Indonesia, yaitu:
1.
Perlu adanya
kerja sama antara pemimpin dan rakyat. Jargon demokrasi yang dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat butuh pembuktian yang nyata dalam menjaga keamanan dan
ketenangan bagi setiap umat beragama, dan tegas dalam mengambil keputusan jika
ada yang meresahkan rakyat setempat, terutama berkaitan
dengan kemaslahatan umat beragama Islam.
2.
Peduli kepada sesama tanpa melihat suku, ras,
budaya, dan agama dengan saling menghormati dan menghargai perbedaan
masing-masing.
3.
Cinta tanah air dengan bangga menjadi warga
Negara Indonesia, bangga terhadap budaya Indonesia dan dengan cara menerapakan
bahwa negara kita adalah negara yang paling istimewa.
4.
Saya yakin apabila kedua oraganisasi terbesar milik umat Islam (NU
Muhammadiyah) ini bergandengan tangan dalam upaya memperkokoh persatuan dan
kesatuan umat Islam, seraya para elite pimpinan dari kedua organisasi itu
menunjukkan kesejukan dan keramahan Islami dihadapan publik, maka umat Islam
lain yang berada diluar kedua organisasi NU Muhammadiyah akan mendukungnya.
Oleh karena itu persatuan dan kesatuan kedua organisasi bukan hal yang mustahil
sepanjang para elite pemimpin sadar dan tercerahkan untuk bergerak kearah
kebersamaan.
Demikian khutbah ini
disampaikan, buat renungan dan kajian kita bersama bahwa perbedaan itu dapat
diterima jika dimaknai dan disikapi dengan penuh keteduhan hati, yang dilandasi
dengan iman dan taqwa serta saling menghargai dan menghormati agar terwujudnya
persatuan dan kesatuan umat, terutama kita umat Islam dengan berpegang teguh kepada
agama Allah Swt serta mengikuti sunah Rasulullah Saw.
0 komentar:
Post a Comment