Pages

Saturday, October 17, 2015

Materi Khutbah “ IDUL ADHA ” ( Memaknai Dan Menyikapi Perbedaan, Wujudkan Persatuan Dan Kesatuan Umat Islam ) Oleh: Edi Sucipno



الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْن
اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Kaum Muslimin/at Yang Berbahagia.

Mari kita bersyukur kepada Allah Swt dan bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Pagi hari ini, tepatnya 10 Dzulhijjah 1436 H, disaat saudara-saudara kita sedang melaksanakan ibadah haji yang diawali dengan rangkaian pelaksanaan wukup Arafah, bermalam di Muzdalifah, menuju Mina untuk melempar tiga jumroh, tahallul awal serta kembali ke Mekah, tawaf, sai dan tahallul akhir, semua itu dilakukan dalam upaya menapak tilaskan kisah perjalanan Nabi Ibrahim dengan putranya Ismail serta istrinya Siti Hajar untuk mentauhidkan Allah Swt, semoga mereka sedang berhaji mendapatkan haji yang mabrur. Amiin.

Sementara itu, bagi kita yang berada di tanah air, disunahkan untuk melaksanakan ibadah puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan saat ini dianjurkan untuk melaksanakan shalat idul adha serta menyembelih hewan qurban hingga hari-hari tasryik, sebagai wujud pribadi yang beriman dan bertaqwa sekaligus tanda syukur dan taabbudi kita kepada Allah Swt.
Allah Swt berfirman: (QS. al-Kautsar [108]:1-3)

Artinya:
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Kaum Muslimin/at Yang Dirahmati Allah Swt.

Sama kita ketahui, tahun ini kembali terjadi perbedaan dalam penetapan awal bulan Dzulhijjah 1436 H, yang berdampak adanya pelaksanaan shalat idul adha yang berbeda pula, hal ini merupakan hal yang biasa terjadi ditanah air kita yang berbhineka tunggal ika dengan makna berbeda-beda tapi tetap bersatu.

Saudara-saudaraku…
Salah satu faktor penyebab terjadinya perbedaan itu dikarenakan paradigma dan perspektif ilmu pengetahuan dan kajian pemikiran yang dimiliki oleh kalangan ulama Islam, dan hal ini sudah ada sejak sepeninggal Rasululllah Muhammad Saw, dimana para sahabat, tabi’ dan tabiin ketika itu berbeda pendapat dalam hal berfatwa masalah hukum demi kemaslahatan umat. Oleh karena itu memaknai dan menyikapi perbedaan haruslah dengan iman, taqwa dan ilmu pengetahuan yang bermuara kepada alqur’an dan hadis.
Allah Swt berfirman:(QS. Al-Imran[3]:103)

Artinya:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Berdasarkan ayat di atas, sesungguhnya perbedaan itu adalah hal yang wajar terjadi dikalangan umat, namun fenomena perbedaan diharapkan tidak mengarah kepada perpecahan dan perselisihan. Kendatipun saat ini umat Islam itu telah terpecah menjadi bermacam-macam golongan/kelompok dan masing-masing golongan saling merasa benar sendiri tanpa meninjau dari hujjah sebenarnya (al-Quran dan al-Hadits), lalu hanya karena perbedaan sedikit misalnya masalah fikih, umat Islam satu dengan yang lain saling menghujat, saling membenci, bahkan ada yang sampai berbuat anarkis kepada muslim lainnya. Maka sebagai muslim yang benar, sebaiknya mengembalikan semua perkara yang diperselisihkan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya (merujuk kepada al-Quran dan al-Hadis). 


الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Kaum Muslimin/at Yang Dirahmati Allah Swt.

Seharusnya memaknai dan menyikapi perbedaan dengan hikmah dan bijaksana berdasarkan al-quran dan al-hadits agar mendatangkan kedamaian, ketenangan dan kesepakatan serta rahmat sebagaimana ungkapan ulama : “Perbedaan pendapat dikalangan ulama itu adalah rahmat”. Di antara makna dan sikap positif dari perbedaan yang harus kita miliki adalah:

1.        Perbedaan yang terjadi dimuka bumi ini adalah sesuai dengan kehendak Allah Swt.
Artinya:
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat, (QS. Hud [11]: 118)

2.        Perbedaan tersebut adalah menjadi pertanggung jawaban antara manusia dan Allah di akhirat nanti.  
Artinya:
Dan jika mereka membantah kamu, Maka Katakanlah: "Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan". Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya..(QS. Al Hajj [22]: 68-69)

3.         Allah telah memerintahkan untuk berbuat adil dan berakhlak mulia.
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Ma’idah [5]: 8)

4.         Menerima perbedaan dengan penuh keiklasan, artinya jika perbedaan itu terjadi tetapi kita memahami dengan memiliki ketulusan hati dengan menyakini bahwa perbedaan itu memang akan terjadi disebabkan fitrah manusia yang terlahirpun berbeda-beda baik pola pikir, sikap dan perbuatan.
5.         Harus memiliki sikap positif thinking (Khusnuzzhon), karena kita menyakini bahwa setiap pemikiran yang berbeda tersebut dilandasi dengan ilmu yang semata-mata bersumber dari al-Quran dan hadits.


الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Kaum Muslimin/at Yang Dirahmati Allah Swt.

Agama Islam mengakui adanya perbedaan, keberagaman dengan konsep toleransi, baik toleransi antar umat beragama, maupun antar umat berbeda agama, apalagi terhadap kebebasan beragama, namun tetap dalam koridor batasan toleransi yang diperbolehkan dalam ajaran Islam. Ini jelas tidak seperti apa yang diyakini oleh musuh Islam dalam mengklaim dan menuduh Islam agama yang intoleransi.

Konsep toleransi dalam Islam yang dimaksud disini adalah dengan menghormati dan menghargai agama lain atau pemahaman sesama agama (agama Islam) yang berbeda adalah tak lain bertujuan agar tercipta kurukunan antar umat muslim. Sehingga kita dapat meminimalisir berbagai konflik dan ketegangan yang ada pada internal kita beragama.

Untuk itu menjadi penganut agama Islam dinegara yang homogen dan heterogen di Indonesia berarti kita harus menerima dan mensyukuri semua kelebihan dan kekurangan yang ada setiap muslim. Mari sama-sama bangkit berpangku tangan dan bersatu padu untuk menambal sedikit demi sedikit kekurangan yang ada. Kelemahan satu sama lain di antara kita adalah kurangnya rasa menghargai sebuah perbedaan yang akhirnya menimbulkan perpecahan dikalangan umat Islam itu sendiri. Jadi salah satu sikap positif yang harus dikembangkan adalah menghormati dan menghargai perbedaan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam.


الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Kaum Muslimin/at Yang Dirahmati Allah Swt.

Persatuan dan kesatuan merupakan modal kesuksesan bangsa dan cita-cita semua kita umat Islam. Upaya untuk mewujudkannya melalui kesadaran bersama semua elemen masyarakat bahwa petapa pentingnya persatuan dan kesatuan umat agar dapat terwujud Negara yang baltathun tayyibatul warabbul ghofuur.

Untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan tersebut langkah awalnya kita harus saling menghargai terhadap perbedaan di antara kita. Jika sikap ini yang kita tumbuh kembangkan, maka persatuan bangsa akan tercipta, rakyat akan sejahtera.
Di samping itu juga untuk membina persatuan dan kesatuan di negeri tercinta ini, langkah awalnya adalah harus saling mengenal, saling menghargai, dan bertoleransi di antara kita. Bukan saling menutup diri, melecehkan, menghina, membangga-banggakan kelompok, suku bangsa, maupun daerah masing-masing. Sebab sifat-sifat seperti itu merupakan cikal bakal pecahan, pertikaian, dan tidak mustahil penyebab terjadinya disintegrasi bangsa hingga hancurnya negeri ini. Rasulullah Saw bersabda :
ليس منا من دعا على عصبيته وليس منا من مات على عصبيته
Artinya:
Bukan golongan kita, orang yang membangga-banggakan kesukuan dan bukan golongan kita orang yang mati karena membela, mempertahankan dan memperjuangkan kesukuan.

Saudara-saudaraku….
Selain itu mewujudkan persatuan masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia, yaitu:
1.        Perlu adanya kerja sama antara pemimpin dan rakyat. Jargon demokrasi yang dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat butuh pembuktian yang nyata dalam menjaga keamanan dan ketenangan bagi setiap umat beragama, dan tegas dalam mengambil keputusan jika ada yang meresahkan rakyat setempat, terutama berkaitan dengan kemaslahatan umat beragama Islam.
2.        Peduli kepada sesama tanpa melihat suku, ras, budaya, dan agama dengan saling menghormati dan menghargai perbedaan masing-masing.
3.        Cinta tanah air dengan bangga menjadi warga Negara Indonesia, bangga terhadap budaya Indonesia dan dengan cara menerapakan bahwa negara kita adalah negara yang paling istimewa.
4.        Saya yakin apabila kedua oraganisasi terbesar milik umat Islam (NU Muhammadiyah) ini bergandengan tangan dalam upaya memperkokoh persatuan dan kesatuan umat Islam, seraya para elite pimpinan dari kedua organisasi itu menunjukkan kesejukan dan keramahan Islami dihadapan publik, maka umat Islam lain yang berada diluar kedua organisasi NU Muhammadiyah akan mendukungnya. Oleh karena itu persatuan dan kesatuan kedua organisasi bukan hal yang mustahil sepanjang para elite pemimpin sadar dan tercerahkan untuk bergerak kearah kebersamaan.

Demikian khutbah ini disampaikan, buat renungan dan kajian kita bersama bahwa perbedaan itu dapat diterima jika dimaknai dan disikapi dengan penuh keteduhan hati, yang dilandasi dengan iman dan taqwa serta saling menghargai dan menghormati agar terwujudnya persatuan dan kesatuan umat, terutama kita umat Islam dengan berpegang teguh kepada agama Allah Swt serta mengikuti sunah Rasulullah Saw.

0 komentar:

Post a Comment