Pages

Thursday, November 5, 2015

TAKWA Oleh Edi Sucipno



TAKWA

A.      Pengertian dan Kedudukan Takwa
Takwa berasal dari kata waqa-yaki-wiqayah yang artinya memelihara.” Memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk Allah." Takwa lebih dekat dengan kata waqa. Waqa bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Dalam bahasa Arab adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Tidak cukup diartikan dengan takut saja. Dari kata takwa ini, takwa diartikan berusaha memelihara dari ketentuan Allah dan melindungi diri dari dosa/larangan Allah. Bisa juga diartikan berhati-hati dalam menjalani hidup sesuai petunjuk Allah.
Adapun arti lain dari takwa, yaitu :
1.        Melaksanakan segala perintah Allah
2.        Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3.        Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
Kata “takwa” sering kita dengar dalam ceramah-ceramah agama, sebagaimana kalimat ini mudah dan ringan diucapkan di lisan kita. Akan tetapi, sudahkah hakikat kalimat ini terwujud dalam diri kita secara nyata? sudahkah misalnya ciri-ciri orang bertakwa yang disebutkan dalam ayat berikut ini terealisasi dalam diri kita?
 
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit,dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kasalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,sedang mereka mengetahuinya” (QS. Ali ‘Imran: 134-135)
Kriteria takwa adalah:
1.        Al-kouf bil jalil ( takut kepada Allah yang Maha Mulia)
 Yang dimaksud takut di sini bukan seperti kepada algojo atasan yang jahat, namun takut di sini adalah takut karena kebesaran dan ke- Maha Bijaksanaan Allah Swt
2.        Al-hukmu bil tanzil (berhukum kepada Al-Qur’an yang diturunkan)
 Banyak di antara Islam yang ingin berhukum kepada al-qur’an, namun mereka masih memakai hukum kuffar
3.        Al-isti’dad li yaumil rahil (menyiapkan diri untuk hari akhirat)
 Nabi Saw pernah menyatakan bahwa orang yang cerdas orang yang dapat menahan hawa nafsunya dan beramal untuk persiapan setelah meninggal dunia.
4.        Al-ridho bil qolil (ridho dengan bagian yang sedikit)
Sikap ini sejalan dengan makna qona’ah (rasa puas dengan pemberian Allah) Sikap ini sangat sulit jika tidak didorong dengan sikap husnuzhan (baik sangka) kepada Allah Swt.
            Syarat dalam mencapai takwa antara lain:     
1.        Ilmu
       Sebagai syarat untuk menggapai derajat takwa, karena ilmu adalah merupakan langkah awal untuk melakukan atau menentukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
2.        Ikhlas
       Yang dimaksud adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan kepada-Nya, memurnikan ibadah hanya untuk Allah, dalam rangka menjalankan perintah dan menjauhi larangang-Nya.
3.        Ittiba’
       Mengikuti contoh (suri tauladan) nabi Muhammad Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam di seluruh totalitas kehidupan kita dalam beribadah kepada Allah Swt.

B.       Hubungan Manusia dengan Allah
Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa. Imam ar-Raghib al-Ashfahani mendefinisikan “Takwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan.” Imam an-Nawawi mendefinisikan takwa dengan “menaati perintah dan larangan-Nya. Oleh karena itu orang yang bertaqwa memiliki hubungan yang baik dengan Allah Swt, dan Allah akan memberikan kemudahan hidup, kemurahan rezeki, dan sebagainya. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam Q.S At Thalaq ayat 3:
   
Artinya:
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (Q.S. At Thalaq : 3)

C.      Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia
Selain memelihara komunikasi dan hubungan tetap dengan Allah Swt, dimensi takwa yang kedua adalah memelihara dan membina hubungan baik dengan sesama manusia. Hubungan antar manusia ini dapat dibina dan dipelihara, antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama dalam masyarakat dan negara yang sesuai dengan nilai dan norma agama.

D.      Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri
Hubungan manusia dengan diri sendiri sebagai dimensi takwa yang ketiga dapat dipelihara dengan jalan menghayati benar patokan-patokan akhlak, yang disebutkan Tuhan dalam berbagai ayat al-qur`an. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri disebutkan cara-caranya didalam ayat-ayat takwa dan dicontohkan dengan keteladanan Nabi Muhammad Saw. Diantaranya dengan senantiasa berlaku: sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri dan mengembangkan semua sikap yang terkandung dalam akhlakul karimah atau budi pekerti yang baik.

E.       Hubungan Manusia dengan Lingkungan Hidup
Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya dapat dikembangkan, antara lain dengan memelihara dan menyayangi binatang dan tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara serta semua alam semesta yang sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
Melihat pola takwa yang dilukiskan dengan mengikuti empat jalur komunikasi manusia tersebut di atas, jelas kiranya ruang lingkup takwa kepada Allah, menyangkut seluruh jalur dan aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah, diri sendiri, dengan manusia lain maupun dengan alam dan lingkungan hidup.

0 komentar:

Post a Comment